Negara
bagian Michigan, di bagian tengah-utara dari Amerika Serikat, mengalami
suhu yang luar biasa dingin selama musim dingin yang mempengaruhi baik
binatang maupun manusia. Maka, mengikuti contoh dari sesama pekerja
vegetarian yang sensitif terhadap kebutuhan musim dingin dari sesama
kita, baru-baru ini saya mulai menabur sejumlah biji-bijian di pekarangan
muka apartemen saya untuk memberi makan kepada hewan-hewan liar setempat.
Dalam waktu singkat, bermacam-macam teman baru mulai berkumpul di sana
termasuk bebek, tupai, burung pipit, burung Kardinal Merah dan sepasang
burung Jay Biru (Blue Jays).
Apartemen saya
dipergunakan sebagai Center Michigan dan setelah meditasi kelompok,
saya membuka kerai jendela sehingga para inisiat dapat mengamati cara
makan yang antik dari hewan-hewan tersebut dan kehadiran mereka memperkuat
suasana rohani di tempat itu selama dan setelah meditasi. Kejadian ini
mungkin disebabkan oleh kemurnian Ilahi dari sesama makhluk ini atau
karena belas kasih yang kami rasakan dalam menyediakan kebutuhan makan
yang amat mereka butuhkan atau mungkin kombinasi dari keduanya. Dalam
hal apapun, kesan dalam memberi makan kepada hewan berhubungan dengan
alkitab dan mengingatkan saya akan kasih dan perhatian khusus yang diperlihatkan
Guru terhadap hewan peliharaanNya selama retret yang saya hadiri di
Florida. Ini juga mengingatkan pada Santo Fransiskus dari Asisi, orang
suci Katolik Roma, pelindung hewan dan hubungan khususnya dengan ciptaan
Tuhan ini. Karena itu, baru-baru ini saya terinspirasi untuk mencari
di internet, informasi tentang Santo Fransiskus dan menemukan cerita
menyentuh berikut ini(http://www.americancatholic.org/).
Pada suatu hari
yang menyenangkan, saat Santo Fransiskus dan teman-temannya sedang bepergian
melewati Lembah Spoleto di Italia, orang suci itu tiba-tiba melihat
segerombolan besar burung merpati, gagak dan burung-burung lainnya.
Melihat hal itu, Fransiskus meninggalkan teman-temannya di jalan dan
berlari ke arah makhluk-makhluk tersebut yang dengan sabar menunggunya.
Dia menyambut mereka dengan caranya seperti biasa, berharap mereka terbang
ke angkasa seperti yang dikatakannya, tetapi mereka tetap tinggal di
tempat.
Dipenuhi rasa
kagum, dia bertanya, apakah burung-burung itu mau tinggal sejenak dan
mendengarkan Firman Tuhan. Dia berkata, “Saudara dan saudariku,
para burung, kalian harus bersyukur kepada pencipta kalian dan selalu
mencintaiNya atas karunia bulu-bulu sebagai pakaian kalian, sayap untuk
terbang dan segala sesuatu yang kalian butuhkan. Tuhanlah yang menjadikan
kalian paling mulia diantara semua ciptaan, memberikan kalian sebuah
rumah di udara yang tipis dan murni. Tanpa menabur atau menuai, kalian
mendapatkan bimbingan dan perlindungan Tuhan."
Seketika burung-burung
itu mulai mengepakkan sayap-sayapnya dan mengulurkan leher mereka memandangi
Santo Fransiskus, bergembira dan bersyukur kepada Tuhan dengan cara
yang menakjubkan sesuai dengan sifat alami mereka. Dia kemudian berjalan
diantara kumpulan hewan tersebut, menyentuh kepala dan badan mereka
dengan jubahnya.
Orang suci ini
kemudian memberkati mereka dengan membuat tanda salib untuk hewan-hewan
tersebut dan mereka terbang meninggalkannya. Fransiskus, bersuka cita
dan berterima kasih pada Tuhan, melanjutkan perjalanannya dan mengungkapkan
keheranannya pada teman-temannya tentang mengapa sebelumnya tidak terpikir
olehnya untuk berbicara dengan burung-burung. Sejak hari itu, Fransiskus
menjadikannya sebagai suatu kebiasaan untuk menasihati dengan ramah
semua burung, reptil dan hewan lain untuk bersyukur dan mencintai penciptaNya.
Sering kali sepanjang hidupnya, terjadi hal-hal yang luar biasa dimana
Fransiskus berbicara dengan hewan-hewan. Bahkan suatu ketika, Santo
Fransiskus menenangkan sekawanan burung yang berisik dan mengganggu
sebuah perayaan keagamaan! Yang mengherankan seluruh hadirin adalah
burung-burung itu tetap diam hingga perayaan selesai.
Meskipun saya
belum lama tinggal di Michigan, satu hal yang pertama-tama saya perhatikan
setelah pindah ke negara bagian ini adalah bahwa memancing dan berburu
adalah kegiatan yang sangat disukai diantara para penduduk. Agar kedengaran
baik, secara halus orang menyebutnya sebagai “olahraga”
daripada berburu rusa dalam cara yang sama sekali melupakan penderitaan
dari semua hewan. Untuk sesaat saya tidak bisa mengerti bagaimana tiap
orang bisa sedemikian tidak berperasaan untuk melakukan hal yang kejam
terhadap ciptaan Tuhan. Tetapi saya segera menyadari bahwa orang-orang
ini bukanlah “jahat” tetapi hanya dungu batin – tidak
tercerahkan terhadap prinsip hidup dari sila pertama kita, “Jangan
membunuh ataupun menyakiti mahluk hidup,” dan melupakan pemahaman
yang berhubungan dengan hewan-hewan sebagai saudara kita di bawah kuasa
Tuhan.
Kemudian saya
mengerti bahwa adalah penting untuk mempengaruhi masyarakat umum melalui
seminar video dan acara lain yang meningkatkan kesadaran untuk menyampaikan
ajaran-ajaran penuh kasih dari Guru dan dengan demikian mengembangkan
pencerahan dan sifat tanpa-kekerasan. Ini akan menjadi Resolusi Tahun
Baru saya!