Perkenalan Buku

Inspirasi dari Buku
"Anjing-anjing dalam Hidupku"

Oleh rekan inisiat Kun Chen, New Jersey, AS (Asal dalam bahasa China)

Sebelum menbaca buku "Anjing-anjing dalam Hidupku" yang ditulis oleh Maha Guru Ching Hai, saya bertanya-tanya, pesan apa yang ingin Guru sampaikan dengan kebijaksanaan-Nya yang sangat tinggi, karena kebanyakan orang sudah memperlakukan anjing sebagai teman baik mereka. Pada dasarnya, semua cerita yang terkumpul di dalam buku ini mengungkapkan welas asih yang luar biasa dari seorang Guru yang senantiasa memberi perhatian baik kepada manusia maupun hewan yang berada dalam keadaan menyedihkan. Namun hal ini tampaknya bukanlah tujuan sebenarnya dari sang pengarang dalam menerbitkan buku ini. Apakah tujuan sebenarnya? Begitu saya baca lebih lanjut, jawabannya dengan cepat terungkap dengan sendirinya.

Guru berkata:"Saya berharap dapat membuat para pembaca menikmati beberapa kilasan dari cara yang indah yang dilakukan oleh para anjing dalam menjalani hidupnya di bumi ini bersama kita, dan melalui mereka, para pembaca dapat memahami lebih banyak tentang makhluk lain."

Jadi dari situ saya menduga bahwa buku ini pastilah menyampaikan suatu filsafat spiritual yang melingkupi hubungan antar semua makhluk. Apakah jiwa seekor anjing dan seorang manusia berasal dari sumber yang sama? Hubungan macam apa, baik spiritual maupun emosional, yang harus dibina oleh manusia dengan makhluk lainnya di bumi ini?

Tentu saja kita sangat memahami berbagai jenis anjing. Namun, ketika membuka-buka halaman buku itu, saya tercengang dengan keanekaragaman emosi yang mampu ditunjukkan oleh anjing-anjing itu. Ada kalanya mereka terlihat begitu sedih seolah-olah terganggu oleh kenangan masa lalu mereka, ada kalanya mereka termenung seolah-olah pikiran mereka sedang berada di suatu tempat yang jauh, ada kalanya mereka seperti melihat ke dalam batin mereka sendiri, ada kalanya melihat ke luar ke lingkungan mereka, ada kalanya mereka ketakutan, dan ada kalanya mereka percaya diri dan gagah berani, ada kalanya mereka penuh kedamaian, ada kalanya bergairah, ada kalanya mereka terlihat seperti berada dalam keadaan hampir menangis, ada kalanya mereka bergetar kegirangan, ada kalanya mereka tersenyum manis, dan ada kalanya mereka tertawa terbahak-bahak. Gambaran singkat dari momen-momen kehidupan mereka menunjukkan reaksi dari perasaan batin mereka yang dalam, dan membuka jendela bagi kita untuk mengintip ke dalam jiwa mereka. Tampaknya begitu aneh dimana saya belum pernah memperhatikan fenomena yang jelas seperti itu sebelumnya. Setelah membaca buku ini, saya seolah-olah merasakan seperti ada sebuah benua yang baru ditemukan.

Saya tidak pernah tahu bahwa anjing bisa mempunyai perasaan dan emosi yang demikian dalam dan jiwa yang sangat cantik. Mereka bukan hanya mengharapkan kasih yang mendalam dari umat manusia, tetapi mereka juga mampu memberi kembali kasih tanpa pamrih mereka dengan tulus. Dalam kata pendahuluan buku itu, Guru menulis, “Semua mahluk adalah seperti kita…” Ini benar-benar menakjubkan! Zuangzi, seorang filsafat China zaman dulu juga menyingung tentang Persamaan Derajat dari Segalanya, “Surga dan Bumi sama-sama ada di dalam diri saya, dan semua makhluk adalah manunggal dengan saya.” Saya sudah tahu ungkapan ini selama bertahun-tahun, tetapi tidak mudah untuk benar-benar mengalami hal ini. Namun, setelah membaca buku Guru, saya benar-benar mengalaminya. Anjing dan manusia memang mempunyai persamaan dalam suatu hal, yaitu Jiwa kita pada dasarnya adalah satu. Sungguh benar bahwa “Sudah seharusnya kita menjadi penghuni bumi yang baik bersama mereka, dengan segala hormat, perdamaian, dan kasih” dan bahwa “Mereka seharusnya dikasihi, dilindungi, dan dihargai, persis seperti kehidupan yang kita inginkan juga.”

Kita harus segera mengubah hubungan kita dengan para hewan. Hewan-hewan seperti singa dan harimau dapat menyakiti dan memakan kita. Karena itu manusia menjadi ketakutan hanya dengan membayangkan bagaimana rasanya ditangkap oleh cakar yang tajam dari seekor singa atau harimau. Jika kita takut, mengapa manusia percaya bahwa mereka mempunyai hak untuk menyakiti makhluk lain dan menancapkan giginya ke dalam daging mereka? Sudah waktunya bagi kita untuk bangun. Yesus mengajari bahwa kita seharusnya memperlakukan makhluk lain persis seperti kita ingin diperlakukan oleh mereka –ini adalah intisari dari semua agama sejati. (Injil dari Matius, 7:12) Konfusius berkata, “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin orang lakukan terhadap diri kita.” Mereka semua mengajari hal yang sama. Bukankah kita seharusnya menerapkan ajaran ini dalam memperlakukan para hewan? Ini adalah pertanyaan dalam buku “Anjing-anjing dalam Hidupku” yang diajukan kepada para pembaca untuk dipikirkan.